Tuesday, 4 August 2015

Skema Rangkaian Catu Daya (Power Supply) Teregulasi

http://adf.ly/1M3PrBPada semester 3 dalam salah satu mata kuliah Elektronika, Dr. Hendro, dosen kami, memberikan tugas besar pada akhir perkuliahan. Tugas tersebut adalah membuat rangkaian catu daya teregulasi dengan keluaran minimal 1 A pada hambatan beban atau daerah keluaran.
Berikut ini adalah rangkaian yang kami gunakan,


Trafo yang digunakan adalah trafo 3 A karena kami menginginkan keluaran minimal 1 A, walaupun setelah diuji coba dosen kami berkata bahwa sebenarnya dengan trafo 1 A pun sudah cukup.
Dengan input masukkan berupa tegangan AC 220 Volt pada bagian primer menjadi 12 Volt pada bagian sekunder, kami menggunakan Diode bridge sebagai penyearah gelombang penuh. Dioda yang digunakan adalah 4 buah dioda tipe IN 5402. Kami memilih dioda bridge 3 A karena trafo yang kami gunakan juga 3 A. Jika kami gunakan dioda bridge yang kapasitasnya 1 A maka dioda ini akan terbakar dan tidak dapat digunakan lagi.
Selanjutnya kami memasang 3 buah kapasitor. Tujuan dari kapasitor ini adalah untuk mengubah tegangan AC menjadi DC. Dengan fungsi kapasitor sebagai filter, maka tegangan akan disimpan sehingga tidak langsung jatuh melainkan mengikuti garis merah pada gambar di samping.
Semakin besar nilai kapasitansi, maka tegangan ripple yang dihasilkan juga akan semakin datar dan jatuhnya juga tidak akan jauh. Hal ini baik mengingat bentuk keluaran tegangan DC adalah garis lurus (bukan berupa gelombang).
IC 7812, Integrating Circuit, tipe 7812 dimana dua digit terakhir pada tipe IC ini menunjukkan keluaran yang diinginkan dari rangkaian ini. Dalam rangkaian ini diharapkan tegangan keluaran adalah 12 Volt sehingga syarat yang harus dipenuhi adalah input pada kaki 1 harus lebih besar dari 12.. Dalam rangkaian ini tegangan DC yang diukur pada kaki bridge secara horizontal adalah 12√2 atau 16.8 sehingga lebih besar dari 12 ketika masuk pada IC.
Terakhir, fungsi dari transistor MJ 2955 adalah sebagai penguat arus, untuk membuat arus keluaran mencapai satuan Ampere, biasanya jika tanpa transistor maka rangkaian ini hanya akan mencapai satuan mili Ampere. Untuk keperluan catu daya, transistor harus dibias tegagan yang konstan pada basis sehingga teganganyang keluar pada emitter tetap. Agar tegangan basis tetap stabil, baisanya digunakan dioda zener. Namun pada rangkaian ini fungsi dari dioda zener sudah digantikan oleh IC 7812.






Pada daerah keluaran, awalnya kami memberikan beban terpasang sebesar 5.6 Ω 5 W. Namun ternyata resistor ini panas dan hampir terbakar. Kami menggunakan transistor dalam wadah keramik untuk memperkecil resiko terbakar. Namun tetap saja resistor ini panas. Yang salah dalam hal ini adalah seharusnya hambatan beban ini tidak terpasang dalam rangkaian hanya diletakkan pada bagian Vout pada rangkaian. Hambatan beban yang terpasang juga dapat menyebabkan tegangan pada dioda dan rangkaian akan jatuh dan lebih kecil dari seharusnya.
Disamping itu, hambatan beban yang kami gunakan juga salah, karena rangkaian ini seharusnya mampu hingga 20 W. Namun karena pada awalnya kami takut apabila rangkaian beban diberi daya yang lebih besar dari kemampuannya maka justru bukan hambatan bebannya yang terbakar, tetapi rangkaian catu daya kami yang akan terbakar.
Akhirnya, setelah hambatan beban yang terpasang kami lepas maka didapatkan tegangan keluaran yang diinginkan, sekitar 12 koma sekian.

Wednesday, 29 January 2014

Membuat Switching Power Supply dari bekas Trafo TV

Power Supply dalam segala hal yang berbau elektronika sangat lah vital, karna tanpa Power Supplya maka perangkat elekronika tidak akan bisa bekerja, yang namanya Power Supply tentu tidak lepas dari Trafo (Transformer). Trafo itu sendiri ada berbagai macam, dilihat dari kegunaannya ada Trafo Step-Up, Trafo Step-Down, diliat dari segi fisiknya ada yang dari inti besi dan ada dari yang dari inti ferite, dll. untuk membuat trafo kita harus mengetahui rumusnya, namun disini saya tidak akan membahas mengenai rumus membuat trafo, melainkan saya akan membagikan pengalaman saya dalam memanfatkan Trafo Switching bekas TV untuk di pergunakan menjadi Power Supply yang bisa dimanfaatkan untuk Power Supply Audio Power OCL dan keperluan lain yang memerlukan Power Supply. Awalnya saya terinpirasi dari sebuah SPK aktive (kalau tidak salah mereknya Polytron) dan saya liat tidak menggunakan trafo besi, melainkan Switching model seperti TV dan Transformernnya juga sebesar Trafo Sewitching TV 21 Inch, dan jenis Power audionya OCL pakai Transistor 4 biji yaitu TIP3055/TIP2955 masing-masing 2 biji, dan speakernya 4 buah masing-masing 8 Inch. Suara menggelaegar stabil, waktu musik berjalan saya coba ukur tegangan tetap mantap dan stabil. Kalau saya lihat pada SPK aktive model ini yang pakai Trafo besi stidaknya Trafo-nya sekitar 5A lebih mungkin 6-7A. Dibawah ini saya sempatkan jepret sebuah Amplifier yang menggunaka Switching Regulator, ini mirip dengan Rangkaian Power Supply Komputer, perhatikan gambarnya
Atas dasar pengalalaman itulah maka muncullah ide untuk memanfatkan Trafo Switching TV dan untuk men-drivernya saya gunakan Switcing Power Supply Modul atau yang lebih dikenal dengan GACUN yang banyak di jual di toko elektronika dengan harga berpariasi skitar Rp. 22.500 sampai Rp. 25.000. Oke, kita lanjut saja. Lihat saja Sekemanya dibawah ini. Ada dua macam skema yang pertama tanpa rangkain Optocoupler dan yang kedua memakai rangkaian Optoupler Skematik dibawah ini adalah rangakaian Power Supply dengan memanfaatkan Trafo Switching bekas TV namum rangkaian Optocuplernya tidak digunakan, rangkaian ini sudah saya gunakan dan sering saya pasang pada Power Audio OCL, kadang juga saya rangkai untuk mengganti Trafo Besi pada SPK aktive jika Trafonya rusak atau terbakar. Hasilnya sama dengan menggunakan trafo biasa 5A, makanya saya sekarang ga pernah beli Trafo besi. Jika ingin mendapatkan Arus yang besar tentu mempergunakan Trafo Switcing yang besar dan kawat email yang besar atau terdiri dari kawat email kecil yang di gandeng dilillit bareng. Bagi shobat yang ingin mencoba silah kan di ikuti tahap-tahap nya. Skematik dibawah ini juga rangkaian Power supply dengan
memanfaatkan Trafo Switching bekas TV, namun rangkaian ini menggunakan Optocoupler sehingga tegangan lebih mantap dan stabil, tidak mengikuti tegangan input yang naik turun, rankaian ini juga akan protect jika tegangan ouput mengalami short.
Keterangan: Lilitan Primer adalah 110 lilit dan dibagi jadi dua bagian yaitu: P1: 55 lilit. Ø kawat email 0.6mm P2: 55 lilit. Ø kawat email 0.6mm Lilitan Sekunder S1: 24 lilit. Ø kawat email 1mm S2: 55 lilit. Ø kawat email 0.2mm Cara membuat lilitan Yang perlu mendapat perhatian dalam melilit ulang adalah lilitan searah jarum jam dan dililit serapi mungkin dan jangan sampai ada yang short. Cara membuat lilitannya adalah sebagai berikut: Buka koker ferite nya dan lilitan aslinya Buat lilitan baru, dimulai dengan lilitan Primer, P1: 55 lilit. Ø kawat email 0.6mm. Solderlah kawat pada tab yang tersedia dan mulailah melilit sampai itungan yang ke 55 kemudian solderlah ujung penghabisan pada tab yang ada. ingat dan tandai ujung awal liltan tadi, karna ujung itulah nanti yang akan disambungkan langsung ke positive 220v - 300v Dilanjutkan membuat liltan Skunder yang pertama, S1: 24 lilit. Ø kawat email 1mm. Liltan sekunder ini untuk mendapatkan tegangan ganda (24v - CT - 24v). Caranya: solderkan ujung kawat pada tab yang ada kemudian buat lilitan sebanyak 12 lilit kemudian solderlkanlah pada tab yang ada (tab ini adalah untuk CT/Centre Tab). kemudian lanjutkan 12 lilitan lagi. Bisa jugan dengan melilit dua buah kawat bareng 12 lilit kemudian ujung akhir kawat pertama di hubungkan dengan ujung awal kawat kedua pertemuan ini dinamakan CT (centre tab) Selanjutnya kita buat lilitan skunder yang kedua, S2: 55 lilit. Ø kawat email 0.2mm. Lilitan ini untuk mendapatkan tegangan 110 untuk rangkaian optocoupler jika akan menggunakannya, tapi jika tidak menggunakan rangkaian optocoupler maka lilitan ini ditiadakan saja Membuat lilitan untuk rangkaian tambahan, misalnya 12v untuk fan, 15-ct-15 untuk tone control, dll. cara melilit sama tapi gunakanlah kawat halus saja karna arus yang dibutuhkan kecil saja, jadi menggunakan kawat 0.2 saja sudah memadai. Jumlah lilitan nya adalah: 12volt liltannya sebanya 6 lilit. dan utuk rangkaian tone control biasanya dilengkapi dengan IC Regulator 7815 dan 7915 maka tegannya kita buat saja 18v-ct-18v. Untuk mendapatkan tegangan 18v-ct-18v langkanya sama dengan langkah no 3 tapi jumlah lilitannya 9 lilit Tab Setelah dirasa cukup dan selesai membuat lilitan Skunder nya, maka ditutup dengan liltan Primer yang kedua (P2: 55 lilit. Ø kawat email 0.6mm). Caranya: Solderlah ujung kawat yang mau dililit pada tab akhir liltan Primer yang pertama tadi, kemudian buat lilitan dengan rapi sebanyak 55 lilit dan solderlah ujungnya pada tab yan tersedia. tandai dan ingat bahwa ujung ini nantinya aka disambungkan ke rangkaian Switching Power Supply Modul pada kabel warna merah Setiap mendapat satu lapis lilitan, jangan lupa di beri isolasi, atau isolasi yang lama bisa di gunakan lagi. Selesai dah membuat lilitannya... gampang kan...??!! Nah... setelah diliat rangkaiannya, dan baca keterangannya sederhana saja kan??? cukup dibuat pakai PCB bolong aja bisa. Hanya dibutuhkan ketelitian dan kesabaran juga kehati-hatian. Nih gambar rangkaian jadinya. Ini saya gunakan Trafo Switching TV 29 merek Cina. Rangakaian Penyerarah bagian outputnya tidak saya gabung, karna ini saya pasang untuk OCL 300watt yang langsung ada rangkaian dioda penyearah dan Elconya.
Dibawah ini adalah gambar Switching Power Supply Module, atau dikalangan teknisi sering disebut GACUN. yang di perlukan untuk Membuat Switching Power Supply dari bekas Trafo TV
Gambar dibawah ini adalah koker ferite yang sudah saya dibuka dan lilitan aslinya juga udah di buka
Gambar dibawah ini menunjukkan selesai membuat lilitan Primer pertama (P1: 55 lilit. Ø kawat email 0.6mm)
Selesai dah tinggal pasang kembali Ferite nya
Cara melepas Ferite Sobat yang berhagian tentu mengalami kesulitan dalam melepas Ferite nya bukan...?? sama saya juga awalnya gitu, tapi setelah saya temukan tip dan triknya mudah sekali melepas Ferite tersebut ga sampai lima menit..Nih tak kasih ilmunya tapi jangan bilang bilang ya... klu ada yang tanya suruh aja kesini... heheh... Gini caranya: rebus air sampai mendidih kemudian masukkan trafo yang mau dilepas Feritenya kedalam air panas menggelegak tersebut, tunggu beberapa saat kira kira 1 menit, kemudaian ambil trafo menggunakan tang penjepit, jangan tunggu sampai dingin, justru masih dalam kadaan panas inilah kita mudah melepas feritenya karna parekatnya meleleh. Gunakan alat bantu tang dan obeng tipis untuk menarik ferit. Semoga berhasil… Tabel Kawat Email dan Kemampuannya

Menentukan B-C-E Transistor Menggunakan Rangkaian.

Menentukan Basis-Collector-Emitter Transistor Menggunakan Rangkaian

Basis-Collector-Emitter Transistor
Testing procedure:
  • Connect randomly the pins of the transistor under test to J1, J2 and J3 sockets or clips.
  • Close SW1, SW2 and SW3.
  • Push on P1; if the transistor is in good health the response of the Identifier will be:
  • Two terminals will show both LEDs illuminated, the remaining one will show a single LED illuminated.
  • If the LED illuminated is Red, the pin connected to the related connector will be the Base of a NPN transistor.
  • If the LED illuminated is Green, the pin connected to the related connector will be the Base of a PNP transistor.
  • Open the switch related to the single illuminated LED: the two terminals showing both LEDs illuminated will change their state and a single LED per terminal will be illuminated. The LED which previously indicated the Base pin will turn-off.
  • If the transistor was previously identified as NPN, the pin connected to the now illuminated Green LED will be the Emitter, whereas the pin connected to the Red LED will be the Collector.
  • If the transistor was previously identified as PNP, the pin connected to the now illuminated Red LED will be the Emitter, whereas the pin connected to the Green LED will be the Collector.

his procedure will suffice for reliable pin identification of most transistor types. In some cases, mainly when low-gain high power transistors are tested, the LED could illuminate faintly and reliable pin identification could be not so easy. Pushing both P1 and P2 will remedy this shortcoming.



Important

Unfortunately, testing Darlington type transistors could lead to some trouble. In fact, the Base pin and the polarity of these transistor types will be correctly shown by the Pin Identifier in the same way as common transistors, but Collector and Emitter pins will be displayed inverted; i.e. if the transistor was previously identified as NPN, the pin connected to the now illuminated Green LED will be the Collector (NOT the Emitter), whereas the pin connected to the Red LED will be the Emitter (NOT the Collector). On the other hand, if the transistor was previously identified as PNP, the pin connected to the now illuminated Red LED will be the Collector (NOT the Emitter), whereas the pin connected to the Green LED will be the Emitter (NOT the Collector).
This is due to the fact that Darlington power transistors usually incorporate on the same chip a reverse-connected diode across Emitter and Collector. Doubts can be easily dissipated pushing on P2: Darlington transistors will cause all two LED pairs related to Emitter and Collector pins to illuminate brightly. On the contrary, common transistors will cause only a faint illumination of the remaining LEDs and, usually, a single LED indicating the Collector pin will illuminate.

Rangkaian Volt Meter Digital sederhana

Digital voltmeters are instruments that measure voltage or voltage drop in a circuit. They use solid-state components and display values digitally. Typically, digital voltmeters (digital volt meters) are used to locate excessive resistance that may indicate an open circuit or ground. They are also used to identify low voltage or voltage drops that may indicate a poor connection. Digital voltmeters are connected in parallel (and never in series) with the circuit being tested so that the meter can tap a small amount of current. The positive lead is connected to the circuits positive side and the negative lead is connected to the circuits ground. The digital voltmeters internal resistance is the impedance, which is usually expressed in ohms per volt. This amount is relatively high in order to prevent the device from drawing significant current and disturbing the operation of the circuit being tested. The sensitivity of the current meter and the value of the series resistance determine the range of voltages that digital voltmeters can measure.

Digital voltmeters can measure a range of alternating current (AC) voltages, direct current (DC) voltages, or both AC and DC voltages. Devices typically display between three and seven digits. Some digital voltmeters can capture minimum and maximum voltages called spike readings.

In the picture below is a series of simple digital voltmeter using the Seven-segment display, this series based ICL7107.The ICL7107 is a 3 1 / 2 digit LED A / D convertor. It contains an internal voltage reference, high isolation Switches analog, sequential control logic, and the display drivers. The auto-zero adjust ensures zero reading for 0 volts input.
Rangakaian Voltmeter digitalGambar skema Rangkaian Voltmeter digital

Mengukur Kerusakan Fet Dengan Multimeter

FET is divided into two families: Junction FET (JFET) and Insulated Gate FET (IGFET) or also known as Metal Oxide Silicon (or semiconductor) FET (MOSFET). In contrast to the IGFET, the JFET gate terminal forming a diode with the channel (semiconductor material between the Source and Drain). In its function, this makes N-channel JFET to be a solid-state version of the vacuum tubes, which also forms a diode between the grid and cathode. And also, both (JFET and vacuum tubes) work in "depletion mode", both have a high input impedance, and they conduct electrical current under the control of the input voltage.

Mengukur  Kerusakan Fet Dengan Multimeter
Mengukur Kerusakan Fet Dengan Multimeter

Determination of FET performed by investigators x100 range of black and red on the Source Gate. When the needle to deviate, then the FET is kanalP Janis and if not, the FET is the channel N.

Damage to the FET can be observed with a series of pictures. Range is placed on x1k or x10k, potensio at a minimum, the resistance should be small. When potensio rotated to the right, the resistance should be infinite. If this does not happen, then the possibility of FET damaged.

Check Phase schema

Skema cek phase

Bulan yang lalu saya sudah bahas tentang Cek Phase dan kali ini saya unggah skema Cek Phase yang
pernah saya janjikan,,dengan skema sederhana ini smoga bisa bermamfaat dan setidaknya untuk
wawasan


GAMBAR YANG SUDAH JADI DENGAN PCB LUBANG
Typetype ic cek phase
IC.1-CD 4049

IC.2-CD 4093

IC.3-HEF 4027

catatan:pada zener dioda 5v.sedangakan type pembangkit pulse-nya CD 4093
Usahakan pada type HEF 4027 merk philip agar sempurna.

Rangkaian Bass-Midle-Treble (3 line) Crossover AktiF

Bass-Midle-Treble (3 line) Crossover Aktif


This is a simple treble-midle-bass (3-way) crossover Circuit, intended for triamping Hi-Fi systems. This is a conventional 12dB / Octave unit, and cannot be expected to have the same performance as a Linkwitz-Riley aligned filter network. It will still be a vast improvement over nearly any passive crossover, and is ideal for beginners or those who want to experiment further with multi-amping, but without the complexity of a major project. The retuning (to (sub)-Bessel / Linkwitz-Riley alignment) is recommended, as the performance will be more in line with modern standards - see information below.

Rangkain Bass-Midle-Treble (3 line) Crossover AktifSkema Rangkain Bass-Midle-Treble (3 line) Crossover Aktif



Low-mid range: Low pass filter, fh = 300 Hz.
fh = 1 / (2 * π * R1 * C1), assuming R1 = R2 & C1 = C2 = 10nF. This yields R1 = R2 = 53K (used 56K).

Mid range: Low pass filter, fh = 3000 Hz, followed by a high pass filter fl = 300 Hz.
Assuming R1 = R2, R3 = R4, C1 = C2 = C3 = C4 = 10nF.

For the low pass, fh = 1 / (2 * PI * R1 * C1), yields R1 = R2 = 5.3K (used 5.6K).
For the high pass, fl = 1 / (2 * PI * R3 * C3), yields R3 = R4 = 53K (used 56K).

Mid-high range: High pass filter, fl = 3000 Hz.
fl = 1 / (2 * PI * R3 * C3), assuming R3 = R4 & C3 = C4 = 10nF. This yields, R3 = R4 = 5.3K (used 5.6K).


In the above schematic are shown the low-mid range, mid range mid-high range filters. The x'over frequencies chosen are 300Hz and 3000Hz. Thus the low-mid range filter has a cut-off frequency of 300 Hz, the mid range has a lower cut-off at300 Hz and an upper cut-off at 3000Hz, and the mid-high range has a cut-off frequency of 3000 Hz. Please see references (2) for the x'over frequencies.